Beranda | Artikel
Cara Tobat Nasuha
Minggu, 4 Juni 2023

Manusia adalah makhluk yang seringkali berbuat dosa. Namun, ada yang segera memperbaikinya dan ada yang tenggelam dalam kubangan kehinaan. Sebagai seorang mukmin sudah selayaknya kita menjaga perasaan takut kepada Allah dan yakin bahwa Allah ‘Azza Wajalla Maha Mengampuni dosa hamba-hamba-Nya, kemudian bertobat atas segala dosa.

Allah ‘Azza Wajalla berfirman,

قُلْ يٰعِبَادِيَ الَّذِيْنَ اَسْرَفُوْا عَلٰٓى اَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوْا مِنْ رَّحْمَةِ اللّٰهِ ۗاِنَّ اللّٰهَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ جَمِيْعًا ۗاِنَّهٗ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

Katakanlah (Nabi Muhammad), ‘Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas (dengan menzalimi) dirinya sendiri, janganlah berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Az-Zumar: 53)

Dengan banyaknya kezaliman manusia kepada diri mereka sendiri berupa perbuatan maksiat, Allah membuka selebar-lebarnya pintu rahmat-Nya, yakni pengampunan bagi mereka yang bertobat dengan sungguh-sungguh kepada-Nya. Allah ‘Azza Wajalla berfirman,

وَالَّذِيْنَ اِذَا فَعَلُوْا فَاحِشَةً اَوْ ظَلَمُوْٓا اَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللّٰهَ فَاسْتَغْفَرُوْا لِذُنُوْبِهِمْۗ وَمَنْ يَّغْفِرُ الذُّنُوْبَ اِلَّا اللّٰهُ ۗ وَلَمْ يُصِرُّوْا عَلٰى مَا فَعَلُوْا وَهُمْ يَعْلَمُوْنَ

Demikian (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menzalimi diri sendiri, mereka (segera) mengingat Allah lalu memohon ampunan atas dosa-dosanya. Siapa (lagi) yang dapat mengampuni dosa-dosa selain Allah? Mereka pun tidak meneruskan apa yang mereka kerjakan (perbuatan dosa itu) sedangkan mereka mengetahuinya.” (QS. Ali Imran: 135)

Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallama bersabda, Allah ‘Azza Wajalla berfirman,

يا ابنَ آدمَ إنك لو أتيتَني بقُرابِ الأرضِ خطايا, ثم لَقِيتَني لا تشركُ بي شيئًا, لأتيتُك بقُرابها مغفرةً 

Wahai anak Adam, seandainya engkau mendatangiku dengan kesalahan seluas bumi dalam keadaan tidak berbuat kesyirikan, Aku (Allah) akan membalasmu dengan seluas bumi ampunan.” (HR. At-Tirmidzi)

Syarat tobat nasuha

Para ulama menetapkan syarat sebuah tobat dikatakan sebagai tobat nasuha, yakni:

Pertama: Bersegera meninggalkan dosa.

Kedua: Menyesal atas apa yang telah dikerjakan.

Ketiga: Bertekad untuk tidak mengulangi kembali kemaksiatan tersebut.

Keempat: Jika dosanya berkaitan dengan hak manusia, maka ia harus segera mengembalikannya.

Langkah tobat nasuha

Dan jalan untuk tobat nasuha adalah jalan yang tidak mudah dan butuh kesungguhan. Berikut adalah langkah-langkah agar tobat kita benar-benar terhitung sebagai tobat nasuha:

Pertama: Senantiasa merasa diawasi oleh Allah ‘Azza Wajalla, baik ketika bersendiri maupun ketika bersama manusia yang lain. Allah ‘Azza Wajalla berfirman,

هُوَ الَّذِيْ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ فِيْ سِتَّةِ اَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوٰى عَلَى الْعَرْشِۗ يَعْلَمُ مَا يَلِجُ فِى الْاَرْضِ وَمَا يَخْرُجُ مِنْهَا وَمَا يَنْزِلُ مِنَ السَّمَاۤءِ وَمَا يَعْرُجُ فِيْهَاۗ وَهُوَ مَعَكُمْ اَيْنَ مَا كُنْتُمْۗ وَاللّٰهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ بَصِيْرٌۗ

Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa. Kemudian, Dia bersemayam di atas ʻarsy. Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi dan apa yang keluar darinya serta apa yang turun dari langit dan apa yang naik ke sana. Dia bersamamu di mana saja kamu berada. Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Hadid: 4)

Kedua: Memahami bahaya perbuatan maksiat. Karena setiap dosa akan memberikan efek negatif untuk pelakunya. Seperti perasaan tidak tenang, tidak adanya keberkahan dalam setiap hal yang dikerjakan, selalu was-was, dan lain-lain.

Ketiga: Senantiasa mengingat-ingat kematian. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallama bersabda,

أكثروا ذكر هادم اللَّذات: الموت

Perbanyaklah mengingat pemutus kenikmatan, yaitu kematian.” (HR. At-Tirmidzi, An-Nasa’i, dan disahihkan oleh Ibnu Hibban)

Keempat: Menjauh dari tempat-tempat dan teman-teman yang mengajak kepada kemaksiatan.

Kelima: Banyak mengingat surga dan neraka. Terlebih ketika menguat dorongan kembali kepada kemaksiatan. Ingatlah bahwa bahan bakar neraka adalah manusia dan bebatuan. Allah ‘Azza Wajalla berfirman,

فَاِنْ لَّمْ تَفْعَلُوْا وَلَنْ تَفْعَلُوْا فَاتَّقُوا النَّارَ الَّتِيْ وَقُوْدُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ ۖ اُعِدَّتْ لِلْكٰفِرِيْنَ

Jika kamu tidak (mampu) membuat(nya) dan (pasti) kamu tidak akan (mampu) membuat(nya), takutlah pada api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu yang disediakan bagi orang-orang kafir.” (QS. Al-Baqarah: 24)

Keenam: Mencari teman-teman yang baik, sebagaimana kita dianjurkan untuk menjauhi teman yang bisa kembali mengajak kepada maksiat, maka memiliki teman yang baik akan membantu kita menjaga tobat kita. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallama bersabda,

الرجل على دين خليله، فلينظر أحدكم من يخالل

Agama seseorang dilihat dari agama teman dekatnya. Maka, berhati-hatilah ketika memilih teman.” (HR. Abu Dawud dan At-Tirmidzi)

Ketujuh: Memperbaiki semangat dalam mengerjakan kewajiban dan meninggalkan hal-hal yang diharamkan.

Semoga dengan tujuh poin singkat ini bisa menjadikan tobat kita terjaga. Amin.

Baca juga: Masihkah Terbuka Pintu Tobat?

***

Penulis: Muhammad Nur Faqih, S.Ag.


Artikel asli: https://muslim.or.id/85177-cara-tobat-nasuha.html